Saya adalah seorang muslim yang alhamdulillah sudah diberi kepercayaan oleh Allah SWT untuk berhijab. Hidayah itu tiba-tiba datang pada bulan September 2011, ketika saya akan memulai semester 5 perkuliahan sehabis libur lebaran. Tidak ada yang memaksa, tidak ada yang menyarankan, hanya tiba-tiba ingin mengenakan hijab. Saya ingat ketika hari pertama saya berangkat kuliah dengan memakai hijab, Mama dan Papi hanya bilang "Kamu sekarang pake kerudung nih ceritanya?" dan saya menjawab "he eh" sambil malu-malu. Mereka memang tidak menunjukkan ekspresi yang bagaimana, tapi saya yakin di dalam hati mereka pasti senang. Ketika tiba dikampus, teman-teman pun menegur seraya berkata "Wah Vina pake kerudung sekarang, cantik deh" bahkan asdos dan dosen yang sekaligus kepala Departemen di kampus pun bilang "kamu cantik deh pakai jilbab". Ketika itu hati saya senang sekali, karena orang-orang merespon dengan sangat baik. Tapi sesungguhnya memulai berhijab itu bukan tantangan sebenarnya, melainkan permulaan untuk menghadapi tantangan yang lebih besar sesudahnya...
Ketika awal memakai hijab, dan masih dalam tahap penyesuaian diri, berbagai macam godaan datang. Saya juga sering merasa 'aah coba gue ngga pake kerudung'. Tapi semakin lama, semakin bisa menyesuaikan diri, dan semuanya terasa lebih mudah. Sampai sekarang pun saya masih belajar. Jujur saya belum bisa menjadi muslimah yang benar-benar muslimah. Saya masih suka memakai celana jeans, kerudung belum menutupi dada, dan baju juga masih ada yang membentuk tubuh. Tapi Insyaallah saya akan terus berusaha memperbaiki diri.
Beberapa waktu lalu saya bertemu-kangen dengan beberapa teman lama. Alhamdulillah kami semua saat ini sudah berhijab. Tapi apakah hijab benar-benar menjamin perilaku orang tersebut juga baik?. Menurut pengalaman saya sih tidak begitu. Ada beberapa orang yang penampilannya terkesan baik dengan memakai hijab, tapi kelakuannya tidak sejalan. Saya tidak berusaha menyudutkan pihak tertentu, tapi memang begitu kenyataannya.
Saya sering bertanya-tanya, untuk apa sih kita diciptakan di dunia ini. Jawabannya ternyata hanya satu, untuk beribadah pada Allah SWT. Islam memiliki beberapa border yang melarang umatnya untuk melakukan hal-hal yang tidak dianggap baik. Tapi menjadi orang seumuran saya, yang memiliki rasa ingin tahu sangat besar, ditambah hidup di Jakarta yang serba ada ini membuat beberapa pihak rela menerobos border tersebut untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Meskipun mereka sudah tahu apa yang dilakukan adalah salah, namun karena tuntutan hidup --dan gengsi serta penasaran yang luar biasa-- mereka rela melakukannya. Dan ini terjadi pada lingkungan sekitar saya. Teman-teman saya.
Kadang saya tidak habis pikir, kenapa mereka berani menerobos border tersebut. Apakah untuk pengalaman? atau karena penasaran? atau hanya supaya ketika anak cucunya bertanya nanti, ia bisa dengan mudah menjelaskannya. Padahal mereka sudah tahu apa konsekuensinya, tapi tetap saja dilakukan. Dan dengan santainya diceritakan pada orang lain tanpa ada rasa penyesalan.
Astaga, hidup ini memang keras..
Saya tidak berharap tulisan ini dibaca oleh siapapun, ini hanya bentuk pelampiasan diri saya yang tidak habis pikir kenapa orang tersebut berani dengan santainya menerobos border yang sudah dibuat dan bersikap seperti tidak salah apa-apa...........
Saya cuma berharap semoga kamu cepat menemukan jalan yang benar dan tetap teguhkan hati dibalik hijabmu itu. Dan semoga saya pun tetap diberikan keteguhan hati oleh Allah SWT agar selalu bersikap baik dan tidak mencoba menerobos border yang ada. Aamin.